Andai tak ada dua kedai sahaja yang harus kutengok di Cibinong (Bogor) dan Cilodong (Depok), andai tak ada tugas dari tempat kerja di Lembang mulai Selasa dan Rabu nanti (padahal acara refreshing), andai aku tak perlu berkiprah lagi dalam rutinitas penjemputan rejeki dan pengembangan diri, maka aku lebih memilih bermanja-manja di sini, di rumah yang jauh dari kebisingan, di rumah sederhana di mana aku dulu aku dibesarkan.
Rumah yang penuh kenangan, rumah tempat kami sekeluarga berlindung dari panas dan hujan. Dan seiring perjalanan waktu, rumah ini sempat mengadu karena penghuninya tak lagi utuh menghabiskan malam terlelap di pangkuannya. Ya, jika dulu ayah saja yang jarang di rumah karena mengadu nasib di Ibukota, dan seringkali ibu pun pergi ke sana tuk menemani pujaan hatinya. Kini, aku pun semakin jarang singgah di peluknya, karena aktivitas penjemputan rejekiku di Kota Hujan. Lantas, adikku jarang pulang ke rumah karena dia kuliah di kota lain dan kost di sana. Kesibukannya sebagai aktivis kampus membuat dia jarang sekali pulang, ya meski tak sejarang aku. Untungnya, adikku kini pindah tugas menjadi bidan desa di desaku, jadi dia pun bisa membuat rumah itu tak menangis kesepian. Ada bu bidan dan suaminya, serta si bungsu yang membuat rumah itu berwarna karena masa remajanya.
Ah, aku tak akan terlalu jauh menggambarkan betapa indahnya rumah sahajaku yang halamannya ditanami aneka pohon berbuah, termasuk ada pula singkong sebagai bahan makanan kesukaanku. Aku hanya ingin menceritakan kisahku hari ini, kisah tertinggal bis dan akhirnya ngenet di terminal.
Ya, tadi malam padahal aku terlelap sekitar jam sembilanan. Suasana rumah dan lingkungan di kampungku mampu mengusir penyakit imsomnia yang akhir-akhir ini hinggap dalam hidupku. Tidurku nyenyak, seiring rintik hujan yang telah mulai terbiasa menyapa tanah merah di kampungku.
Pagi pun datang, udara segar benar-benar tak lagi samar. Aku hirup, aku hembuskan, ah bahagianya masih ada sisi alami dunia ini. Tak seperti di kota besar, pagi pun segarnya samar. Air teramat dingin menusuk kulit, tapi bukankah sebelum sholat harus berwudhu, dan berwudhu itu pakai air, jika pakai tanah kan tayamum namanya, itu pun kalau memang benar2 tak ada air. Aku bergidik kedinginan, ah, biar mandi nanti saja.
Sepupuku yang belum berusia dua tahun sudah meramaikan rumah dengan celotehnya, ya karena dia lebih betah di rumah sahaja ini ketimbang di rumahnya. Jelas ini mainan lucu untukku, au suka anak kecil, apalagi selucu dia, jadilah aku terlena dalam dunia cerianya. Tak hanya itu, salah satu tayangan kartun di salah satu stasiun TV swasta telah menambahku makin terlena dan tak lekas-lekas beraksi di kamar mandi. Menahan kekuatan diri menahan dingin.
Haaah, ternyata waktu melaju lebih cepat dari sangkaan. Dan aku harus segera berangkat. Aku diantarkan ke terminal angkutan di kecamatan tuk segera meluncur ke terminal Ciamis. Satu jam normalnya, tapi jika banyak ngetem karena penumpang belum berjejal maka bisa lebih. Wah, jam di tangan sudah hampir setengah sembilan pagi. Sementara bis yang ke Depok terakhir jam 9.30 WIB, alamat ketinggalan nih, tapi aku coba berbaik sangka pada sang supir.
Sampai di terminal Ciamis sudah lewat jam setengah sepuluh, benar saja kalau bis yang ke Depok telah berangkat namun penuh. Masih banyak penumpang yang belum terangkut dan mereka kan memilih bis yang ke Jakarta. Aku pun demikian, tapi sayangnya lagilagi bis pada penuh, ya beginilah kalau liburan panjang. Orang Ciamis tuh terlalu banyak yang merantau, dan lagi di Ciamis tuh banyak objek wisata, jadi banyak orang Jakarta dan sekitarnya pada liburan ke Ciamis.
Saat hendak membeli sesuatu dan membuka dompet, alamak ada STNK tertidur pulas di dompetku. STNK milik adikku masih tersangkut karena aku meminjam kendaraannya kemarin. Alamak, chargeran ponselku pun ternyata tertinggal di rumah. Dan tak ada lagi pilihan lain, aku harus batalkan kepergianku ke kota hari ini.
Aku tersenyum, andai aku tak ketinggalan bis, dan ada bis yang bisa mengangkutku terbang, mungkin aku kan lebih susah lagi mengembalikan STNK ini. Jadi selalu ada hikmahnya, ini juga karena hatiku masih tertaut di rumah. Ada sop kesukaanku yang belum kuhabiskan, ada singkong goreng yang harus kulahap dengan khidmat, ada sepupuku yang bayi, yang belum sempat kugigit. Aku kan kembali, dan saat ini, biar aku ngenet saja dulu di terminal.
bagaimana keadaan ayah ibumu Aa?
semua ada hikmah nya..
nulis ttg rumah.. saya jg pernah nulis ttg rumah babe saya yg mewah.. mepet sawah, maksut nya..
*dan saya jg penggit bayi.. xixi*
duh aa masih muda kok sudah lupaan, jgn lupa aja kalo aa dah punya pasangan 😀
Hihii… ceritanya seru, penuh aksi 😀
dan hikmah hari ini serasa komplit ya Kang ada nuansa sejuk dirumah, adik bayi yang lucu, adakah lagi yang kurang Kang ? 😆
… 🙂
semua emang ada hikmahnya….pasti itu.. b^^d
hikmah hanya bisa dimaknai oleh mereka yang memahami sebagai hikmah bukan bencana
Selalu ada hikmah disetiap kejadian,
Salam Kang Achey ti Ciamis Kidul!
😆 😆 😆 😆 😆
RAIHLAH “JATI DIRI MANUSIA”.. untuk
MENGEMBALIKAN JATI DIRI BANGSA INDONESIA
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaank
I Love U fullllllllllllllllllllllllllllllll
😆 😆 😆 😆 😆
kapan mampir di Bandung kang
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaank
I Love U fullllllllllllllllllllllllllllllll
Kapan ka Cimerak Kangboed? 😀
Wah… ternyata setiap peristiwa ada hikmahnya juga ya walaupun mungkin peristiwa tersebut agak pahit.
Saya yakin Allah telah “menegur” kang Achoey karena kelengahan kang Achoey membawa STNK sang adik dan lupa membawa charger HP. Dan saya yakin kang Achoey juga tidak begitu menyesal karena telah ketinggalan bis. Allah menegur agar kang Achoey lebih berhati2 dalam memeriksa segala sesuatunya sebelum berpergian. Dan melalui tulisan Kang Achoey ini pula saya juga diperingatkan agar saya juga selalu berhati2 dan memeriksa segala sesuatunya sebelum berpergian.
Terima kasih atas tulisannya ya, kang Achoey. 🙂
memang kang achoey, setiap kali pulang ke rumah, merasakan lagi kenyamanan rumah, kok ya mau pergi beraaaaaaatttt banget.. apalagi ada ponakan lucu. arrrrgggghhhh… makin tertambat deh hati..
setiap kejadian pasti ada hikmahnya
terimaksih banyak bro link saya sudah dipasang pingin loncat-loncat dulu saking heppynya
luar biasa di terminal pun sempet ngenet
semoga kejadian ini bisa jadi pelajaran ya mas
🙂
singkong, kalo dirumah sahaja wempi disebut ‘roti sumbu’. 😆
berat pisan yah A mu nin99alin rumah teh 🙂
yapz,selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa..
haduuuchh..kasian pisan ponakannya di 9i9it 9ituh.. 😀
** hari ini nda ketin99alan bis la9ikan A? hehe
yah..selalu ada sisi baik di tiap sisi buruk kejadian yang menimpa kita.. 😀
salam.. 🙂
hehe yang penting sekarang pulang kaaan ? 😛
semua ada hikmahnya ya kang achoey!
wekekekeekke!
So ..
ceritanya adalah …
Ketinggalan Bis … membawa berkah …
hehehe …
Jadi inget kampung asal ortu di selatan Sukabumi! Singkong alias sampeu enaknya kan dibubuy…romantika masa kecil ah!
Salam ti sobat di Sukabumi…
wah ketidakberuntungan membawa keberuntungan ya kang hehe.. btw masih di ciamis nih kang??
oh ya itu lihat gambar header di atas, ada perempuan yang merhatiin akang tuh hihihi
dr setiap kejadian pasti ada hal positif yg bs kita ambil, so bersyukurlah selalu 🙂
setiap kejadian memang selalu berbuah hikmah, jadi masih bisa disyukuri
jadi ngiri buat tulisan yg bnyk ttg ciamis jg…
emg dulunya sma di ciamis ya ???
==========================================
Yup, SMUNDACIS 🙂