Menerbitkan Buku, Bukan Lagi Sekedar Impian

“Turuti semua keinginan ibu hamil, selama masih mampu dan masuk akal. Karena keinginan ibu hamil, bisa jadi keinginan janin yang dikandungnya.”

Begitulah kurang lebih apa yang ayah sampaikan padaku, dan aku ingat itu. Lalu, saat istriku memintaku menulis dan menerbitkan buku, aku berpikir bahwa ini juga harus kuturuti. Sebenarnya ingin rasanya tawar menawar dengan istri, semisal membelikan buku-buku seru terbitan Leutika atau LeutikaPrio sebagai pengganti. Ya, cukup mudah untuk melakukan hal itu, tinggal SMS dan transfer deh uangnya. Terlebih jika kita membeli buku terbitan Leutika seharga minimal Rp. 50.000,- dan terbitan LeutikaPrio seharga minimal Rp. 90.000,- kita sudah bebas ongkos kirim bahkan di mana pun kita berada asal masih dalam daerah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tapi, keinginan istri tidak berani kuganti, dan aku pun tetap fokus pada bagaimana caranya agar aku bisa menulis sekaligus menerbitkan buku.

Teringat rumus menulis dari guru menulisku yang tidak mau di sebut guru, karena menurutnya menulis itu tidak perlu berguru. Pak EWA telah memberikanku rumus jitu untuk bisa menulis, tanpa syarat berpuasa dan mencukur kumis. Rumusnya adalah tulis, tulis dan tulis. Sebuah penekannan agar aku sudah mau untuk mau dan berani menulis. Menulis apa yang bisa ditulis, menulis apa yang ingin ditulis.

Jika menulis ya kulakukan, maka yang kupikirkan berikutnya adalah bagaimana caranya aku menerbitkan karyaku itu. Jika aku tawarkan ke penerbit ada rasa khawatir bahwa istriku keburu melahirkan sebelum karyaku benar-benar terbit. Akhirnya kutemukan solusinya, ya solusinya adalah self publishing. Aku coba pelajari cara-caranya, aku tanya beberapa sahabat yang telah lebih dulu mengenal cara ini, dan aku pun mulai hitung menghitung hingga akhirnya, wow ternyata budget yang harus aku siapkan tidaklah murah untuk orang dengan dompet setipis aku. Aku pun kembali tertegun.

Memang benar, selalu ada jalan bagi orang yang sungguh-sungguh ingin mencapai tujuan. Aku pun dipertemukan dengan penerbit yang memang menggunakan mekanisme self publishing tetapi harganya pas untuk dompet tipisku. Tidak hanya itu, beragam fasilitas ditawarkan dengan indah dan menggugah selera. Aku bagai merasa, menemukan mata air saat aku kehausan karena perjalanan panjang di gurun pasir dengan terik mentari yang cukup genit menerpa kulit.

LeutikaPrio bersedia membantu merealisasikan impianku. Aku tidak takut salah ketik  karena LeutikaPrio akan meng-edit-nya. Cover mereka yang design dengan ilustrasi sesuai permintaanku. Layout, cover dan cetak kualitas prima, jadi gak bakalan buku aku malu-maluin dari sisi ini. Supaya tampak lagi sebagai benar-benar buku, ISBN juga mereka urusin, nah lho ini beneran buku lho. Kalau begitu aku tinggal fokus pada isi buku, karena meski covernya bagus isinya gak bagus yang malu-maluin juga jadinya.

Aku tidak khawatir karyaku ini terlambat terbit, karena buah hatiku keburu lahir. Aku malah yakin bahwa karyaku ini akan menjadi kado buat kehamilan istriku. Ya, karena LeutikaPrio menjamin bahwa paling lambat karyaku akan terbit dalam waktu 30 hari setelah aku transfer dan mengirim naskah. Sebagai buktinya, nanti aku akan mendapat 1 exp karyaku tersebut.

Rasanya semakin tidak sabar saja. Aku ingin segera melihat bagaimana wujud karyaku yang berbentuk sebuah novel tersebut. Aku ingin segera memberikannya pada istriku. Dan aku pun akan berusaha mempromosikan agar karyaku tidak hanya istriku yang baca. Aku ingin semua sahabatku dan lebih banyak orang lagi membacanya. Dan mereka bisa membelinya karena LeutikaPrio pun menjual karya kita lewat web dan akun FB nya. Penjualan via online, penjualan via SMS. Mimpiku tidak berhenti sampai di sini, aku berharap karyaku bisa kembali diterbitkan oleh Leutika, dan dijual di toko-toko buku bahkan sekaliber Gramedia. Ini bukan mimpi si siang bolong, karena memang di LeutikaPrio fasilitas ini juga tersedia bagi karya yang terpilih. Ah asyiknya menerbitkan di LeutikaPrio.

Bismillah, aku pun mulai untuk mengabulkan permintaan istri dan janin yang dikandungnya. Jika biasanya aku menulis di media blog, kini aku menulis di MS Word. Aku tahu, bahwa kesibukanku yang berjubel pasti masih menyisakan waktu untuk kutulis beberapa rangkaian kata. Dan dalam kurun beberapa hari pun naskah tersebut telah kuanggap selesai, prematur memang, tapi aku ingin segera menyelesaikannya, menghadirkannya.

Setiap blogger adalah penulis, mereka menuliskannya di blog. Namun belum semua blogger menerbitkan karyanya dalam bentuk buku. Nah LeutikaPrio solusinya. Aku salah seorang blogger yang sudah melakukannya.

Akhir April bisa jadi novel tersebut telah berwujud. Dan aku yakin kalian akan membeli dan membacanya. Membeli dan membaca karyaku yang sederhana. Bukankah begitu?