Bukan Diari Yang Tergembok


Seiring perkembangan jaman, menjalani kehidupan semakin dimudahkan dengan beragamnya teknologi. Kita termanjakan oleh teknologi yang ada, bahkan kita mudah terlenakan oleh beragam kemudahan itu. Kemudian berubahlah gaya hidup kita.

Teknologi internet yang mengayomi beragam jejaring sosial, perlahan telah merubah gaya hidup sebagian dari kita.  Atau lebih tepatnya memang gaya hidup kita yang berubah seiring munculnya itu. Banyak dari kita susah untuk tidak ber-online ria di jejaring sosial tersebut sehari saja. Gak update status rasanya seperti gak makan nasi bagus. Ada yang menggelisahkan ketika rutinitas online tersebut harus tertahan karena keadaan, semisal karena kesibukan pekerjaan.

Dari beragam jejaring sisial yang ada, kita ambil sampel satu saja yang paling populer di negeri tercinta ini. Facebook adalah jejaring sosial yang telah terjamah jemari-jemari dari kota hingga desa, dari tua hingga belia. Warnet di kampung halaman saya ramai oleh mereka yang facebook-an, bahkan anak SD sekalipun. Beragam merek Ponsel pun berlomba menawarkan fasilitas jejaring sosial untuk meningkatkan penjualannya. Hal ini semakin memudahkan bagi para pecandu jejaring sosial ini untuk lebih mudah update status.

“Apa yang Anda pikirkan?”

Pertanyaan di atas membuat banyak dari kita tergelitik untuk menjawab. Resah bila membiarkan pertanyaan itu tak dijawab segera. Lalu munculah jawaban singkat yang malah terkesan lebay.

“kangen”

“pusiiiiing”

“lagi sebel”

“pengen makan orang”

“kebelet pipis”

“pengen makan Mie Janda

Tak hanya itu, banyak dari mereka yang menjadikan jejaring sosial untuk mengeluh dan mencaci diri sendiri juga orang lain.

“Wajahku kok jelek amat sih. Ada toko wajah gak ya biar bisa tukar tambah.”

“Norak banget sih tuh guru, masa ulangan harian setiap hari, dasar dodol.”

“Sumpah, gua gak bakalan lagi makan nasi di rumah, jika mamah selalu menghitung apa yang telah gua makan. Dasar ibu-ibu matre.”

Apalagi kalau sudah muncul kata-kata yang kotor yang benar-benar tidak etis untuk dipublikasikan.

“Mo**et loe, masa gua disamain sama sapi perahan.”

“Anj**g loe, lama dekat-dekat gua bisa rabies.”

“Loe emang cacing cacingan.”

Jaman dulu, yang disebut diari itu adalah sebuah buku yang kadang bergembok, lalu kuncinya ditelen saking supaya gak ada orang yang bisa baca. Jika ada yang berani-berani buka, maka tamparan bisa bertubi-tubi menghujam muka. Tak peduli itu ayah, ibu atau saudara, buku diari adalah buku yang amat privasi, meski gak ada stempel “rahasia negara”. Isinya adalah curahan hati dan banyak rahasia pribadi. Dari mulai naksir guru yang sudah punya cucu sampai mencaci presiden Indonesia. Bebas menulis karena memang untuk konsumsi sendiri. Jika memang sudah sangat tidak aman maka buku diari itu dibakar lalu diseduh dicampur kopi.

Kini, buku diari nyaris gak laku lagi dipasaran. Banyak orang menjadikan facebook dan sejenisnya sebagai pengganti. Parahnya terkadang banyak aib yang dibuka. Semisal tentang rahasia kepemilikan kutil di ketiak. Atau hobi ngorok gaya rocker. Tidak hanya aib diri sendiri, melainkan juga aib orang lain. Kita merasa bahwa akun FB kita ya terserah kita. Mau nulis apa aja ya terserah kita. Padahal, ketika kita menulis “Anj**g loe”, maka itu nampak di beranda FB teman-teman kita yang lain. Jika kita punya seribu teman, maka nampaklah di seribu beranda. Bayangkan jika salah satu teman FB kita adalah ayah dan ibu kita. Maka jika mereka membaca ini, maka mereka akan menjawab “Dasar anak anj**g loe”. Hehe bercanda, yang pasti orang tua kita akan sedih, bahkan murka dan kecewa.

Jadi, alangkah baiknya jika kita bijak dalam memilih kata. Update status itu gak masalah jika gak mengundang masalah. Update status itu baik jika ditulis dengan kata-kata yang baik. Update status itu indah jikalau berisi untaian kalimat yang indah. Jangan biarkan diri kita menjadi orang yang sangat pandai dan rajin mengeluh. Jangan biarkan diri kita menjadi orang yang cerdas mecaci. Jangan biarkan diri kita menjadi orang yang gemar membuka aib. Manfaatkanlah jejaring sosial sebaik mungkin. Semisal untuk memotivasi diri, mendo’akan orang lain, menyapa sahabat dan lain-lain. Untuk melakukan reportase juga baik. Misalnya melaporkan kondisi kelancaran jalan tol dan jalan raya lainnya ketika melewatinya. Melaporkan keadaan cuaca, bencana dan yang lainnya. Termasuk merekomendasikan tempat makan yang enak seperti Mie Janda.

Jadi, yuk bijak memanfaatkan jejaring sosial, karena ini bukan diari yang tergembok. 😀

Tentang achoey el haris

Seorang lelaki sahaja yang gemar menulis. Dan blog baginya adalah media untuk menyalurkan kegemarannya itu. Salah satu pendiri Komunitas Blogger Kota dan Kabupaten Bogor (BLOGOR). Pengasuh Pojok Puisi. Anggota Komunitas Menulis Bogor (KMB) dan Kopi Sastra.
Pos ini dipublikasikan di Hikmah dan Motivasi dan tag , , . Tandai permalink.

78 Balasan ke Bukan Diari Yang Tergembok

  1. dedekusn berkata:

    Iya kang… jejaring sosial emang selain banyak sisi positif, negatifnya juga banyak, kebebasan mengeluarkan isi hati kadang kebablasan, tidak lagi menjaga etika.

  2. nurrahman berkata:

    agar diary itu bermanfaat bagi orang lain; mungkin bs cukup memberikan sumbangsih utk peradaban yg memang merupakan proses berabad-abad lamanya

  3. Vulkanis berkata:

    Yang pentingbuat saya tidak mengganggu aktifitas mencari nafkah

  4. Abdul Malik Sholihin berkata:

    Salam hangat untuk kang Haris dan Mie-nya…

    Memang kang, tak dapat dipungkiri lagi, facebook telah merasuk dalam setiap orang, nggan hanya individu, kelompok atau lebaga hingga pemerintahan pun terkena dampaknya. Setiap kita membuka website tertentu, atau website pemerintahan, pastilah disitu terdapat “share” di “f” – dalam hal ini logo facebook. Mungkin ini lah yang dinampakan “The Facebook Effect”. Tak perlu mengungkiri aau menudung ini itu, saya sendiri pun ter-“infeksi” akan hal itu.

    Memang sejak jaman Reformasi, kebebasan berekspresi dan berpendapat semakin kuat, apalagi didukung dengan munculnya Facebook ini, setiap orang berhak dan bebas untuk mengeluarkan segala unek2nya, ide, opini maupun segala yang dirasakannya. Tak terkecuali menyangkut hal-hal yang bersifat pribadi. Saya setuju dengan kan Hari, berekspresi boleh, tapi kita juga harus tetap menjaga norma dan aturan yang berlaku, karena negara kita adalah negara ynag menjunjung tinggi nilai kesopanan. Bukan begitu kang…? hehe…

    Meski dalam dalam bentuk tulisan (status facebook), itu adalah cermin dari apa yang kita ucapkan..Karena, setiap ucapan itu akan dimintai pertanggungjawabanya. Hendaklah kita semua dalam menggunakannya dengan bijak, sayapun juga masih mencoba dan belajar untuk menjadi lebih baik, karena masih belajar untuk menjaga hati. Makasih akang (btw, saya banyak omong nieh, hehe) semoga Mie Jandanya semakin laris, kapan ya saya bisa berkunjung kesana? ….

  5. oRiDo™ berkata:

    jadikan segala sesuatunya manjadi bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun banyak orang..
    😉

  6. Caride™ berkata:

    iya kang, jaman sekarang perkembangan technology membuat semua itu menjadi gaya hidup tersendiri, tapi tidak utk pihak lain yg menjadikan i ni bukan dari bagian hidup mereka…. hhehehe termasuk saya *kaburrrr*
    apakabar kang achoey???

  7. indobrad berkata:

    Bwahahaha, ujung2nya iklan. Eh tapi kok tau saya sering posting status macam “Kangen Mie Janda”?

    Meski kemudian follower saya dengan sukacita me-retweetnya menjadi “Kangen Janda”
    😦

  8. budiarnaya berkata:

    Bijak-bijaklah update dan upload sesuatu ke media karena itu adalah rahasia pribadi anda..saya sendiri masih-masihpilih tuh heee

  9. Darin berkata:

    Sharing yg mencerahkan. Yup, dan menurut saya faktor kedewasaan dan pola fikir menentukan apa yg kita ungkapkan di jejaring sosial tersebut. Buat para abg, alay dan sebangsanya hal tersebut mungkin teramat wajar..yah what else they’re thinking? Mereka ngga ngerti itu aib atau bukan, yang penting eksis..itu dah cukup 😀

    Tapi ngga nyangkal, saya juga demen bikin status lebay..bukan apa-apa, karena sebagai bahan candaan aja tuk mencairkan suasana dan saling silaturhami dgn teman2 yg jaraknya centang perenang..

    Ada yang menambahkan? 🙂

  10. anny berkata:

    Ada baiknya jika update status memberikan statement atau membuat idiom yang bisa menimbulkan energi positif bagi yg baca, jika mau curhat yang agak agak privacy atau rada rada gak beres kalimatnya, mendingan di buku diary aja kali ya , saya sendiri masih punya buku diary sampai sekarang 🙂

  11. Alid Abdul berkata:

    hahha internet sekarang menjadikan kita ketagihan, bangun tidur bukannya langsung bangun dan cuci muka tapi ambil hape cek imel, apdet status, dll…

    masalah apdet mah terserah yang punyaa ajah,,, toh punya2 dia, mw dicap jelek ato apa bukan urusan kita hahaha

  12. TuSuda berkata:

    Betul Kang, saya sendiri tidak terlalu intens update status di FB, karena lebih senang ngeblog sampai saat ini..
    SALAM dari Kendari… 🙂

  13. Eko Madjid berkata:

    betul..betul..betul…
    Mending promosiin Mie Janda, daripada mencaci maki janda sebelah rumah yang ga jelas…upppsss…

  14. wi3nd berkata:

    xixixi…ujung ujungnya die Promoin Mjnya 😀

  15. Usup Supriyadi berkata:

    jadi, karena facebook adalah ruang publik, maka kita harus punya adabnya. tak bisa seperti buku harian yang kita punya kuncinya sendiri. 😀

  16. omiyan berkata:

    yang ditakutin adalah sikap individualis dari yang sudah kecanduan, soalnya kalau masalah lupa waktu emang sudah terjadi

    ya intinya sedang-sedang saja dalam menggunakannya karena namanya juga dunia maya alias semu terkadang kenyataan belum tentu sama

    salam

  17. MT berkata:

    yup, social media merupakan social diary, jadi perlu kebijaksanaan dari siempunya account untuk merilis status. eitzz…. ada mie janda juga di bawahnya 😀
    semoga sukses terus!

  18. orange float berkata:

    iya, seringkali nemu status fb yang dibuat asal jadi. asal update status aja tapi ngak ada isi. hanya mengeluh dan mencaci

  19. sedjatee berkata:

    lama tak berkunjung padamu sobat
    semoga sehat dan sukses selalu..
    artikelnya selalu menarik
    salam sukses..

    sedj

  20. beritaku berkata:

    pengen makan mie janda………

  21. alief berkata:

    tapi kekna seneng nie kalo pada pengen makan mie janda????

  22. pelintas batas berkata:

    iya,bahkan aku pernah baca kalo ceo gugel meramalkan banyak remaja yang akan mengganti nama mereka setelah dewasa karena merasa malu dengan apa yang telah ditulisnya

  23. Gugun berkata:

    setuju kang apalagi yang namanya jejaring sosial itu bersifat global jadi semua orang bisa melihatnya, kalau untuk aib lbh baik disimpan saja sendiri

  24. That’s wonderful, just keep it up…

  25. HALAMAN PUTIH berkata:

    Semua berpulang pada diri masing2, sisi baik dan sisi buruk selalu saja ada dalam setiap kesempatan.

  26. Pendar Bintang berkata:

    Kebetelan Kak…lg mengDeactivekan FB biar g kecanduan, he he he

    Terkadang pake FB gt pesannya nyampe sih…he he he

  27. Delia berkata:

    Iya setuju banget…
    makanya lia jarang banget nih gabung di social network…

  28. Miftahgeek berkata:

    y kang, kalo ngomong emang kadang susah dikontrol. nah ini kan ngetik, masa masih ga bisa dikontrol seh –a

  29. Fir'aun NgebLoG berkata:

    yup bener tuch, selayaknya kita memperlakukan teknologi ini sebijaksana mungkin, jangan hanya beraku sebagai konsumen belaka tanpa memiliki unsur positip!!!

  30. kampus blog berkata:

    setuju mas.. saya juga memasang status FB yang biasa² aja… buat apa meluapkan kekesalan atau kecewaan di sana.. malah malu mas 😀

  31. cars info berkata:

    kalau yg menjelek2kan dirinya sendiri itu tandanya mereka gak bersyukur dengan apa yg sudah diberi oleh yang Atas 😀

  32. blogwalker berkata:

    izin melink ya kang!

  33. bundadontworry berkata:

    setuju A, bijak2lah menggunakan situs jejaring sosial ini,
    diri kita lah yg menjadi filte bagi situs tsb,
    jangan merendahkan diri sendiri dgn menuliskan status dgn kata2 yg vulgar atau tdk baik.
    salam

  34. nadiafriza berkata:

    jangan menghasilkan ataupun menjadi sampah dunia maya, setuju banget 😉

  35. mikha_v berkata:

    Saya tak tertarik dengan twitter maupun wall pada facebook (wall pada facebook saya, saya sembunyikan).

    Bukan berarti saya orangnya tertutup. Saya cendrung terbuka, tapi memang bukan gaya saya untuk mengumumkan keluhan yang singkat seperti yang dimaksud di atas (“saya bosen”, “saya capek..”, “pusing..”, lagi sebel, dll).

    Di satu sisi, saya pun tak suka diary. Tidak bisa pakai emoticon, gambar, warna, tabel, link video/referensi, dan variasi font. Hahaha..

    Jadi, untuk mengungkapkan pendapat atau sesuatu, blog tetap the best bagi saya 😀

  36. Natasha Firdha berkata:

    Setuju sm artikel ini. Blog atau jejaring2 soasial apapun lebih baik digunain untuk yg bermanfaat bagi diri sendiri dan juga orang lain, bukannya umpatan atau sumpah serapah 🙂

  37. BC Bandung berkata:

    jaring sosial tergantung user nya mau di arahkan yg baik atau enggak.
    Tergantung user. Tapi alangkah baiknya kalau di gunakan untuk hal yg baik dan Mulia

  38. Annie Tjia berkata:

    Ya dipilah aja toh. Aku masih tetep nulis di diarybook, dan ga semua hal aku umbar di social media. Gila aja mau ngomongin hal personal trus diliat orang asing. Ogaahh…

Tinggalkan Balasan ke achoey Batalkan balasan