Kampung Halaman


“Hai, aku menyapamu seiring hembusan angin. Telah tak kuasa lagi kubendung rindu ini, membiru karena terlalu. Jadi, bersediakah kau kembali bisikkan somphoni pada hati yang lama sepi. Tak usah memilih kata puitis tuk membuatku terhipnotis, karena aku tak memintamu merayu. Aku hanya butuh sapaanmu, tuk menghangatkan kembali beku hatiku.”

“Hai, jangan tanya kenapa lama aku tak tampak. Bukan karena aku telah melupakanmu, namun hiruk pikuk kota telah menjebakku. Dateline tak berkesudahan membuatku larut, kedua kakiku terpaku, sulit beranjak. Mungkin kau tak puas dengan jawabanku ini, tapi sudikah kau sedikit mengerti, bahwa kertas dan logam bernominal itu tak kan datang tanpa perjuangan. Dan mau tak mau aku harus tetap berada di sana, di area basah. Jelas bukan di sini, karena hanya serakan daun kering yang kan kudapatkan saat kemarau berkepanjangan.”

“Hai hai hai, baiklah, kan kulepas sepatu hitam mengkilat ini. Lihat, betapa aku telah memijak engkau dengan telanjang. Bukankah kau bisa merasakan halus telapak kakiku yang mulus ini. Jangan kau bandingkan dengan belasan tahun yang lalu, saat telapak kecil berlarian di pematang sawah terbentang. Jelas aku bukan lagi bocah cilik telanjang dada yang dengan riang loncat ke sungai yang dibendung airnya saat kemarau, berenang. Aku juga bukan bocah cilik yang berlari lincah mengecoh bola saat hujan turun seiring gemuruh halilintar bersahutan. Aku kini lelaki dewasa dengan pakaian metropolitan. Bukankah lebih keren?”

“Please, jangan menganggapku angkuh jika tak lagi ku masuk ke hutan tuk mencari kayu bakar. Jangan juga kau anggap aku sombong jika tak kucari rerumputan tuk pakan binatang piaraan. Aku jelas bukan yang dulu, tak pantas lagi rasanya lembut halus tangan ini terkotori, terlebih jika nanti tertusuk duri. Apa kata dunia jika jemariku kelak tak bisa mengetik, hanya karena ada luka di jemariku yang lentik.”

Pemuda itu terus merayu, berharap permakluman datang pada dirinya. Hingga ada bisikkan seiring hembusan angin, menusukkan kalimat dahsyat ke hatinya.

“Ambil tanah di bumi yang kau pijak sekepal saja! Lihatlah tanah merah itu. Ini kampung halaman, di mana dulu kau dilahirkan. Ini adalah sejarah, jadi apapun sekarang dirimu, kau tak bisa melupakannya.”

Pemuda itu diam membisu, di tatapnya tanah merah di tangannya, digenggamnya erat. Lalu berbisik, “ya, ini kampung halaman“.

Tentang achoey el haris

Seorang lelaki sahaja yang gemar menulis. Dan blog baginya adalah media untuk menyalurkan kegemarannya itu. Salah satu pendiri Komunitas Blogger Kota dan Kabupaten Bogor (BLOGOR). Pengasuh Pojok Puisi. Anggota Komunitas Menulis Bogor (KMB) dan Kopi Sastra.
Pos ini dipublikasikan di Celoteh Hati, Ciamis Manis dan tag , , , , . Tandai permalink.

25 Balasan ke Kampung Halaman

  1. cenya95 berkata:

    “Hai, jangan tanya kenapa lama aku tak tampak. Bukan karena aku telah melupakanmu,…

    Datang menyapa sekedar menyampaikan salam superhangat.

  2. Pencerah berkata:

    indah nian kampung halamanmu

  3. Wempi berkata:

    Kampuang nan jauah di mato

  4. bocahbancar berkata:

    Selamat pagi Mas,,,,
    Salam semangat selalu, saya juga jauh dari kampung halaman he he he…..

  5. Assalamu’alaikum,
    Senangnya punya kampung halaman seindah itu. Setiap lebaran ada kegiatan mudik, untuk berkumpul dengan keluarga, melepas rindu. Kalau saya kampung halamannya disini, di Jakarta.

  6. omiyan berkata:

    sasepi sepina kampung halaman, teuteup bae moal hilap solana eta tempat urang muasal…

    Terjemahan

    Sesepi sepinya kampung halaman, tetep aja ga akan lupa soalnya itu adalah tempat kita berasal

    heheheheh

    mustinya pada saat bikin postingan ini ada background musiknya kang…suling sunda ga apa apa es lilin aja kebayang dah

  7. wah bagus banget, kampung halaman menang indah ya.
    kampung halaman juga tempat kenangan.
    di kampung halaman rasanya sangat nyaman!
    Cara Membuat Blog

  8. Ikutan Ngeblog berkata:

    Kampung halaman memang tempat terindah,
    makasih udah mampir..

  9. nakjaDimande berkata:

    A, kampung halaman tetap sabar menunggu kaki telanjangmu menginjak pematangnya

  10. nakjaDimande berkata:

    aih, bundo dianggap spam di rumah sang sederhana 🙂

  11. komuter berkata:

    photonya di kampung halaman atau di puncak…..

  12. wi3nd berkata:

    la9i kan9en sama kampun9 halaman yah ?

    kampun9 halaman A selalu setia menanti A datan9& kembali bermain tanpa alas kaki berayun bersama tanah nan lembut dan udara yan9 sejuk 🙂

  13. meylya berkata:

    kampung halaman memang selalu ngangeni

  14. Miftahgeek berkata:

    Jadi inget kampung halaman ndiri deh T.T

  15. frozzy berkata:

    jadi pengen mudik

  16. arifromdhoni berkata:

    .. bagus 🙂

    .. maaf, tapi kok ada bagian yg kesannya agak materialis ya? cmiiw ..

  17. trendy berkata:

    sudah lama saya tidak pulang ke kampung halaman!

  18. alamendah berkata:

    Saya sih setia di kampung halaman
    Wekekekekekek

  19. Hariez berkata:

    Indah Kang seluruh semesta takkan pernah melupakan kita dimana pijakan pertama kita di kampung halaman 😀

  20. Love4Live berkata:

    tak ada lagi ruang dan waktu ketika kita telah bersetubuh dengan alam…

  21. itempoeti berkata:

    tidak lagi penting dimana kau berada…
    tapi yang lebih penting apa yang kau lakukan di tempat dimana kau berada…

    demi waktu sesungguhnya manusia penuh kerugian…

  22. sunflo berkata:

    kampung halaman selalu membuat hati rindu tuk kembali padanya…

  23. adhymantovani berkata:

    Ketika blogger saling berkunjung, maka tali silaturahmi akan tetap terjaga. Met kenal ya sob, nice article 🙂

  24. cewek-siap-nikah berkata:

    memang teras indah saat berada di kampung halaman sendiri bisa berkumpul bersama ayah ibu apalagi kalau saudaranya banyak..terasa asik banget, hangat, dan penuh kasih… terasa pengen pulang…

Tinggalkan Balasan ke omiyan Batalkan balasan