Aku Harus Lulus Cepat, Karena Aku Miskin


Sahabat, ijnkan kali ini aku menceritakan kisah lalu. Kisah dalam penggalan tahapan hidupku. Dan jika kau berkenan, silakan membacanya sejenak.

Sebagai anak seorang kuli bangunan, bisa mengenyam pendidikan tinggi adalah kesempatan yang sangat berharga. Bagaimana tidak, untuk bisa duduk di bangku kuliah, pasti kan dihadapkan dengan biaya yang besar, setidaknya ini di mata orang kecil seperti kami. Sayangnya, kesempatan mendapatkan beasiswa masuk kuliah tidak saya dapat. Karena semasa SMA, saya bukan termasuk anak yang pintar dan rajin belajar. Prestasi spesial saya kala SMA justru ketika mendapatkan kertas Nilai STTB ganda. Nilai yang salah (jelek) berada di kertas STTB asli, sementara nilai yang benar (bagus) malah ditulis di kertas bermaterai. “Kesalahan penulisan nilai”, kata Wakil Kepala Sekolah. Ah terlalu  panjang jika saya bahas masalah ini si sini. Mungkin lain kali saja.

Sebagai seseorang yang dibesarkan di kampung, tak salah jika saya disebut orang kampung. Orang kampung yang spesial, karena saya bisa mengenyam pendidikan jenjang  strata satu. Dari sekitar 37 orang teman saya di SD, hanya saya saja. Ini berarti di sisi ini saya memang lebih beruntung.

Kesempatan bersaing untuk mampu menjadi mahasiswa PTN tidak saya manfaatkan, padahal formulir UMPTN (sekarang SNMPTN) sudah saya beli. Ya mungkin saya masih sedikit trauma atas kasus salah nilai STTB SMA saya. Saya lebih memilih kuliah di kampus yang terdekat, tapi rupanya ayah ingin saya kuliah di kampus yang dipandang terbaik. Akhirnya saya ambil jalan tengah, saya kuliah di sebuah universitas swasta yang sudah beberapa kali diminta tuk menjadi negeri tapi pengurus yayasannya selalu saja menolak.

Di kampus tersebut saya menjalani rutinitas layaknya mahasiswa luar biasa. Maksudnya berupaya tuk menjadi mahasiswa yang tidak hanya datang ke kampus untuk belajar di ruang kuliah, makan di kantin kampus, nongkrong di taman kampus dan pacaran juga dengan anak kampus. Saya coba ikuti ORMAWA (Organisasi Mahasiswa), UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), dan lain-lain. Ini semua semata agar kampus sebagai wahana belajar benar-benar bisa saya manfaatkan. Dan status mahasiswa adalah kesempatan paling tepat untuk belajar banyak hal.

Kesibukan saya di UKM (Koperasi Mahasiswa, Teater dan sedikit Pers Mahasiswa) dan ORMAWA ternyata membuat teman-teman sekelas saya  cemburu. (Waktu saya kuliah, jurusan Manajemen angkatan saya tuh di bagi dalam enam kelas)

Teman-teman sekelas saya menganggap saya tidak solider, tidak setia kawan dan sebagainya. Perlahan namun terasa, saya mulai dikucilkan. Kontrakan saya yang pada awalnya dijadikan base camp teman-teman sekelas pun kini mulai sepi. Hanya sesekali saja ramai saat menjelang ujian. Itu karena mereka masih butuh saya sebagai partner belajar. Kontrakan saya ramai justru oleh sahabat-sahabat saya yang lain.

Bukan saya kalau dengan masalah seperti ini lantas saya down. Saya adalah seseorang yang supel dan bersahabat. Meski saya berjalan sendirian, hampir bisa dipastikan diperjalanan selalu saja ada yang menyapa. Di kampus misal, mau lewat ke area perkuliahan jurusan atau fakultas apa pun, selalu saja ada yang menyapa, “hai Choey”. Ini karena saat OSPEK, saya adalah mahasiswa baru yang paling sering menginterufsi tindakan senior yang dianggap berlebihan. Dan karena itu saya sering juga  kena hukuman. Ketika saya interufsi dan dihukum, nyaris ratusan bahkan mungkin ribuan (kalau OSPEK gabungan) mahasiswa memandang ke arah saya. Maka wajar jika nama dan wajah saya dikenal banyak mahasiswa, baru atau pun lama.

Saya masih ingat,  saat nama saya  terpasang di mading sebagai salah satu mahasiswa yang berhak mendapatkan beasiswa prestasi, teman-teman sekelas saya langsung menanti untuk saya traktir. Bukan sembarang traktir, tapi traktiran besar-besaran mengingat nominal yang  saya dapat pun besar. Seperti inilah budaya di  kampus saya, uang  beasiswa dihabiskan untuk poya-poya, bahkan konon “staf adm” kampus pun suka ada yang minta jatah. Tapi entah kenapa, sejak prilaku buruk “staf adm” kampus itu terungkap (lagi-lagi bukan saya yang ngadu lho), perlahan keadaan mulai berubah. Tapi dengan bijak saya menolak kebiasaan tersebut. Saya mentraktir teman-teman alakadarnya, dan itu pun saya keluarkan dari hasil usaha kecil-kecilan saya. Lagi-lagi teman-teman saya kurang suka terhadap apa yang saya lakukan ini.

Hubungan saya dengan teman-teman sekelas saya juga diperburuk dengan seringnya saya menolak ajakan teman-teman. Terutama ajakan hura-hura. Selalu saja alasan klise yang saya ungkap ke mereka. “Sorry, gua lagi gak punya duit, tau sendiri lu siapa gua.”

Dan puncaknya adalah ketika saya memutuskan untuk ikut wisuda dengan kakak angkatan saya. Di kelas saya, saya wisuda sendirian. Saya memang inginnya bareng-bareng ama mereka. Tapi bukan baren-bareng lambat, saya ingin baren-bareng lulus cepat. Tapi mereka sendiri yang seolah enggan. Buktinya setiap kali saya ajak mereka bergabung dengan study club saya mereka malah ogah, “males pake kacamata tebel“, ungkapnya. Hah, padahal saya sendiri sampai sekarang gak pake kacamata tuh, hehehe.

“Ah lu gak setia kawan, gak solider, gak gemeinschaft.” (Gemeninschaft adalah nama grup persahabatan di kelas kami)

Itulah yang teman-teman kelas saya bilang ketika saya memutuskan untuk wisuda saat itu. Lho sebenarnya bukan memutuskan, tapi memang saya telah lulus dan wajar jika saya ikut wisuda. Itu karena IP saya selalu bagus hingga saya bisa ngambil SKS dengan optimal. Ya, IPK saya memang terbaik di kelas. Jadi, apa saya harus menanti sahabat-sahabat  saya yang tak pasti lulusnya kapan. Kerana kuliah kan bukan sekolah SMA yang bisa masuk bareng, lulus bareng jika gak gagal UN (ah langka kali yang gagal).

Ungkapan dari teman-teman saya itu saya jawab dengan kalimat seperti ini, “Saya bukan kalian, saya orang kampung yang miskin. Semakin cepat saya menyelesaikan kuliah, maka semakin sedikit biaya yang harus orang tua saya keluarkan.”

Benar saja, saat saya wisuda, nyaris saya tak melihat wajah mereka, apalagi jabatan hangat dan ucapan selamat. Ah tapi ini bukan soal, ada sahabat saya yang lain yang jauh lebih banyak. Menjabat saya erat, memeluk saya hangat, memberikan ucapan selamat dan semangat, bahkan bunga pun entah berapa kuntum kudapat.

Lalu beberapa hari setelah itu, teman-teman sekelas saya, saya undang ke rumah orang tua saya di kampung tuk melakukan syukuran kelulusan. Dan beberapa dari mereka tak menyangka, ternyata rumah saya tidak reyot (rusak dan kumuh) seperti yang saya ceritakan. Orang tua saya tidak keriput dan kusam seperti yang saya gambarkan. Ah, saya tidak bermaksud membohongi mereka. Satu hal yang pasti, keseriusan kita kuliah bukan karena alasan kita  miskin atau kaya. Tapi keseriusan kuliah, itu karena  kita ingin menunjukkan kepada donatur pembiayaan kuliah kita (orang tua) bahwa kita tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan mereka. Keseriusan kuliah (menuntut ilmu) itu karena kita punya cita-cita, menjadi anak yang membuat bangga orang  tua. Jadi meski orang tua saya gak miskin pun, insyaallah saya kan menjalani kuliah dengan sebaik mungkin, IPK bagus, cepat lulus.

(Maaf, cerita ini bukan bermaksud menjelekkan teman-teman sekelasku saat kuliah dulu, tapi upaya memberikan semangat, pada adikku yang mungkin sedang mengalami hal yang sama. “Dik, tetap fokus jalani status, dan tetap rendah hatilah agar perjalanan indah dan berkah. Jangan tiru kakakmu yang dulu banyak pacarnya, hehehe.”)

Tentang achoey el haris

Seorang lelaki sahaja yang gemar menulis. Dan blog baginya adalah media untuk menyalurkan kegemarannya itu. Salah satu pendiri Komunitas Blogger Kota dan Kabupaten Bogor (BLOGOR). Pengasuh Pojok Puisi. Anggota Komunitas Menulis Bogor (KMB) dan Kopi Sastra.
Pos ini dipublikasikan di Hikmah dan Motivasi, Kisah Lalu dan tag , , , , , , , . Tandai permalink.

48 Balasan ke Aku Harus Lulus Cepat, Karena Aku Miskin

  1. Muzda berkata:

    Kok kata-kata terakhir dicoret sih ‘A ..??
    hehee 🙂

    Aih, si Aa..
    Jadi inget ni, sekalian malu juga.. soalnya aku dulu lulusnya lama,, haaa 🙂

  2. Ikkyu_san berkata:

    siiip

    sama dong kita… aku juga wisuda bersama kakak kelas. aku dan seorang teman. Dia karena hamil mau cepat-cepat lulus, saya cuma karena udah kebanyakan sks aja hehehe. Dan dari wisudawan th itu IPK saya yang tertinggi shg jadi wakil mhs yang menerima langsung ijazah dari Dekan.

    yang penting Kemauan dan Tekad sih. Masa bodoh orang mau bilang apa.

    hehehe sama kayak Muzda, kok kalimat terakhir dicoret sih 😉

    EM

  3. coolk45 berkata:

    54L4M…K3N4L….
    54L4M….4CT10N….

    JANGAN LUPA AJAK TEMAN2 ANDA MAEN2 DI BLOG SAYA yg Lain…
    http://www.blogspot.com

    T3T4P….53M4N64T….

  4. lala berkata:

    Teuteup yah itu penting si banyak pacar disebut. Hahaha.

  5. ILYAS ASIA berkata:

    Sahabat, aku ingin pindah ke semarang…
    Bisakah kau Bantu aku mencari pekerjaan?
    ..
    Yang ada di surabaya sekarang, akan saya tinggalkan
    ,,,
    sahabat aku butuhbantuanmu

  6. bocahbancar berkata:

    Hhh…Cerita ini….

    Bisa ga Mas ya saya bandingkan dengan saya sekarang….

    Sama dengan Mas Achoey, kuliah saya sekarang itu adalah karena mendapat beasiswa, jika tidak mungkin tidak tahu saya sekarang di mana(masih jadi kuli Daihatsu kali yawh)…

    Saya kan masih semester II Mas jadi masih sangat bersemangat sekali kok, tidak ada yang namanya susah menurut saya, jika tentu saja mau optimal dalam setiap mata kuliah..

    IP yang pertama(semester I kemaren) alhamdulillah memuaskan,namun saya tidak mau mengambil IP maksimal, ini karena kampusku tidak sama dengan Universitas, jadi meskipun sudah selesai duluan kuliahnya, tetap saja wisudanya bareng, males banget kan…

    M,mmm..Untuk menjadi yang terbaik di kelas, saya rasa masih belum bisa dech…

    Saya sich hanya berusaha untuk tetap stay di IP 3.50 ke atas, semoga bisa saya pertahankan…

    Salam semangat dari Bocahbancar Mas, saya jadi termotivasi juga, karena dulunya saya pikir hanya saya yang seperti ini, harus kerja keras disaat yang lain bermain2, namun ini semua nikmat menurut saya, toh akhirnya dengan menjadi OP warnet ini, saya menjadi punya banyak kawan Blogger yang sungguh luar biasa..

    Salam hangat Bocahbancar…..

  7. marshmallow berkata:

    wah, motivasi tapi banyak colongannya nih, kang achoey!
    biar sedang kontemplasi, jurus-jurus maut soal aktualisasi diri tetap keluar ya? yuukk…

    motivasi untuk segera menamatkan studi memang banyak ragamnya. dan motivasi untuk segera dapat berbakti kepada orang tua itu adalah satu yang paling mulia. mudah-mudahan sekarang orang tuamu sudah dapat merasakan buah baktimu, kang achoey.

    jadi kapan mau cerita soal STTB ganda? *penasaran*

  8. Harsa berkata:

    hummm..saya sempet mundur 1 tahun kuliahnya disaat2 akhir karena keasyikan bekerja…gara2nya saya KP (kerja-praktek) ditempat itu untuk memenuhi syarat skripsi, tapi malah kebablasan asik kerja :P…..soalnya waktu KP disana saya juga dikasih uang harian yang lumayan untuk seorang mahasiswa.. :).. tapi alhamdulillah selesai juga kuliah saya ditahun berikutnya bersama teman2 saya..

    wah postnya jadi mengingatkan saya waktu menimba ilmu di kampus dulu… 😀

  9. MT berkata:

    Hideyoshi, adalah tokoh dalam novel TAIKO karangan Eiji Yoshikawa. Ia pernah bilang, “Kesuksesan bukanlah saat kita berhasil mencapai puncak. Tapi adalah saat kita berhasil menyelesaikan segala tantangan dan tentangan ketika melalukan perjalanan menuju ke puncak.”

    inspiratif banget, kang! tanpa interupsi! 🙂

  10. Wempi berkata:

    “iyo an nan di urang laluan nan di awak” wekekeke…
    so pergaulan (jelek) dan kuliah sejalan dan tidak saling merusak walaupun bertentangan.

  11. deeedeee berkata:

    solideritas yg agak aneh sebenrnya.. saya mah seneng2 ajah kalo da temen yg lulus dulaun, malah iri dan itu saya jadiin motivasi buat segera lulus..

    doakan agar saya juga segera lulus,, aamiin!

  12. omiyan berkata:

    ya ketika kita harus mempertanggungjawabkan akan sebuah perjalanan rasanya bodoh jika kita hanya menghasilkan hal yang standar, kita ingin membuktikan bahwa kepercayaan yang ada dan telah diberikan tidak sia sia

  13. Ephieenz berkata:

    Artikelnya bagus. . .
    Thanks ya sudah mau mampir ke p0nd0kqu. .
    Jangan lupa mampir lagi ya . .
    K0men artikel qu yang lainnya. . . . .

  14. mel berkata:

    andai aq jadi kamu . aq akan sangat bangga…

  15. ekaria27 berkata:

    Perjuanganmu Ak !
    salut !

  16. sangjaka berkata:

    Kadang memang,kita terjebak pada makna solidaritas yg salah.
    Hanya demi aktualisasi diri, kita bisa dihadapka pada pilihan keseragaman yg belum tentu baik dan benar.

    Beruntung kau bisa melewati dan bijak menyikapinya. Karena jika tidak, bisa saja kau menjadi MA (mahasiswa abadi) yang tentunya kan membuat ORTU mu kecewa.

    Selamat.

  17. syelviapoe3 berkata:

    Gak solider ?
    Hm…kayaknya perlu digaris bawahi, deh…siapa sebenarnya yang gak solider…

    *peace, ah…*

  18. Heryan Tony berkata:

    Wah, mantan play boy

  19. Saya jadi terinpirasi menulis pengalaman waktu kuliah dulu.
    Ga kalah seru…

  20. julie berkata:

    teman2mu aneh ya bro
    harusnya mensupport mu lebih maju malah ngajakin mundur
    but eniwei itu menunjukkan bahwa dirimu berbeda
    dan spesial

  21. geulist133 berkata:

    Wah, hebat A. patut ditiru

  22. Acha berkata:

    Membaca cerita ini Jd inget masa lalu.
    Karena tdk tahan dgn sistem, budaya, kebiasaan di kampus tempat Saya kuliah waktu itu, akhirnya Saya memutuskan untuk segera menyelesaikan studi. Namun tdk melalui sistem formal yg berlaku, melainkan dengan mengajukan pengunduran diri kpd Dekan di Fakultas tempatku kuliah.
    Itu adalah pilihan yg plg dilematis yg aku tentukan… dan ternyata pilihan itu adalah pilihan terbaik yg pernah Saya lakukan selain pilihan terhadap pendamping hidup.

  23. Upik berkata:

    Saat kita berada dalam suka, kebahagiaan, kelebihan, banyak teman yang mengaku dirinya sahabat, namun saat kita berada dalam duka, dalam kekurangan, banyak sahabat yang tidak mengaku sahabat. Sedari kita berada dalam titik nol, titik kurang, hanya diri kitalah yang mampu menjadi sahabat yang sejati, penyemangat, motivator… hingga kita menjadi berhasil dan sukses. Postingan yang bagus.. menjadi penyemangat untuk diri sendiri dan bisa berhasil. Salut mas…

  24. orange float berkata:

    lulus cum laude ya kang?

  25. Zico Alviandri berkata:

    Waaah… ceritanya jauh banget dengan cerita kuliahku 😀

  26. geRrilyawan berkata:

    wah…kok pada gitu banget sih temen2nya…
    untung temen2 saya susah bareng…seneng bareng…

  27. hanjaya839 berkata:

    Engkau itu orang yang menerima apa adanya, aku salut. . . Aku juga pas2an. . .

  28. Aulia berkata:

    kisah yang penuh warna kawan!

  29. zee berkata:

    Kisah ini semoga bisa jadi inspirasi untuk paara mahasiswa yang banyak main aja kalo kuliah. Termasuk saya dulu waktu kuliah juga banyak main, tp sebenarnya bukan main-2 ya tp banyak kegiatan mulai dari main band, terus buka kafe sampe akhirnya skripsi terbengkalai. Tp ya lulus juga, even harus ada yg dikorbankan, yaitu berhenti jualan kafe 🙂

  30. wanti annurria berkata:

    berbeda dengan yang lain karena punya sikap,, lebih baik dari pada hanya sekedar ikut2an tapi ga jelas juntrungannya… 🙂

    sama dunks, qu juga lulus cepet a’,, karena kondisi dan tanggungjawab sebagai anak sulung.. buat qu ini tantangan dalam hidup.. 😉

  31. SanG BaYAnG berkata:

    Kisahe puuuanjang..ya coi..
    Selama niat kita baik tenang aja lah coi..tenang..

  32. Daniel Mahendra berkata:

    Duh, padahal kalimat terakhir keren banget. Di situ gongnya!

  33. tutinonka berkata:

    Setuju Mas DM, Muzda, Mbak Imelda, dan teman-teman lain : kalimat terakhir seharusnya nggak usah dicoret, malah harus ditambahi nama-nama ‘ex’ … 😀

  34. Rindu berkata:

    Jadi ngaca nih, saya yang gak kelar kelar tugas akhir karena gak bisa fokus 🙂

  35. kawanlama95 berkata:

    saudaraku aku, aku kuliah diniatkan waktu itu tidak cari ipk, dan tidak juga nyari kelulusan dengan cepat, aku hanya niat cari pengalaman . walaupun aku tidak sepintar Engkau saudaraku tapi aku juga dapet beasiswa Alhamdullilah, Aku terharu sekali bila orang pertama yang memberikan selamat adalah orang yang punya kampusku.dan sekarang aku pun terus belajar ya belajar darimu .Terima kasih engkau yang sering mengingatkanku.Indahnya hariku terima kasih

  36. komuter berkata:

    saya malah ga’ pernah wisuda,
    begitu lulus, bayar uang wisuda tapi ga’ ikut.
    .
    cuma yang sama adalah dari satu kelas yang lulus cuma saya doang, yang lain udah keenakan kerja alias udah kenal duit.

  37. hellgalicious berkata:

    berarti abang pinter dong.
    uda dapet beasiswa, ipnya tinggi pula
    selaen itu juga sering nraktir
    waaa perlu gw pertimbangkan buat jadi abang tiri gw ni
    *kaburr*

  38. Menik berkata:

    adik, apa kabar ? *liat2 kalimat terakhir yang dicoret, soale kata Pepi, coret itu penting, hehehe*

  39. racheedus berkata:

    Saya jadi teringat diri sendiri: kuliah nggak kelar-kelar, padahal tinggal tugas akhir.
    “Kakaknya banyak pacar, masak adiknya nggak boleh mengikuti jejak si kakak?!”

  40. Nisa berkata:

    kereen. . . !!

    wah,, bentar lagi nisa juga maw kuliah, mohon doanya ya kak. . .

    kami juga ingin membahagiakan kedua orang tua. . 😀

  41. shizuka berkata:

    Asmlkm..
    Saloet dch a…tapi yang terakhir gak saloettt..trnyta aa tuh playboy ya……:((

  42. adhieputra berkata:

    kepada kawan-kawan achoey, maafkanlah dia 🙂

  43. - S - berkata:

    sayah juga mau cepet-cepet lulus aaaahh
    biar cepet kaya 😀

  44. 1nd1r4 berkata:

    solidaritas dalam hal yg baik sih silahkan saja, tapi kalau harus menunggu teman yg tak jelas kapan lulusnya itu membuang waktu dan kesempatan…juga biaya

  45. wi3nd berkata:

    soLidariTas dalam haL apa dUyuu neeH A..
    tapi A suda men9ambil keputusAn yan9 tepat 😉

  46. elindasari berkata:

    Hahaha, jadi ingat pepatah lama dulu “Berakit-rakit kehulu, berenang2 ketepian, blablabla….”.
    Saya setuju ide & tindakanmu, semakin cepat lulus, semakin cepat kerja, dan semakin cepat pula kita mandiri, tul nggak Ris ?.

    Sukses terus buat kamu yach 🙂

    Best regard,
    Bintang

  47. arty berkata:

    hidup itu simpel….

    pilih dan jangan menyerah……

  48. lia iyang berkata:

    aku lama lulusnya
    karna cuti…hiks..hiks..
    tp makasih ya..kamu salah satunya yang ngasih semangat dan doa wkt aku sakit,,,

Tinggalkan Balasan ke coolk45 Batalkan balasan